ikhlaskah aku?
kejadian I
lapangan blok S jakarta selatan beberapa minggu yang telah silam. malam itu aku dan pasanganku selesai makan malam dan ngobrol ngobrol panjang lebar mengenai banyak hal. sekembalinya kita membayar semua kerusakan yang kita timbulkan, kita kembali ke tempat aku memarkirkan jagoanku, motor setiaku.
"ikhlas gak nih, pak?" tanya juru parkir yang malam itu bertugas setelah aku mengangsurkan selembar ribuan ke dalam tangannya. setengah terkejut aku mengangkat sebelah alisku "tentu saja" jawabku heran. "memangnya kenapa, pak?" tanyaku demi memuaskan rasa penasaranku.
"nggak, cuma tadi ada orang yang parkir lama disini, trus langsung kabur aja. padahal seberapa berat sih cuma seribu perak buat dia?" ujarnya setengah bersungut. aku tersenyum dan kupastikan padanya "aku ikhlas kok, pak" dan pak tua itupun tersenyum.
kejadian II
malam itu aku mesti keluar rumah lagi untuk membeli sebungkus mie instant di warung sebelah rumahku. rupanya hari ini masakan ibuku tandas laris manis hingga tak menyisa. warung sebelah rumah ini milik tetanggaku yang baik hati. malam itu aku lihat anak pemilik warung itu yang berjaga. seorang lelaki muda berpakaian lusuh dengan buntalan kain duduk di depan dia.
"larry, aku mau beli mie goreng instant ". kataku pada temanku itu. aneh. semuanya terdiam. suasana seketika berubah menjadi kaku. kudapati temanku itu dengan memegang 3 lembar uang ribuan di tangannya melotot ke arah lelaki muda dengan buntalan kain besar di hadapannya. ah, rupanya ia seorang penjual sandal wanita keliling. ada apa kiranya yang membuat suasana menjadi setegang ini?
rupanya si lelaki muda dengan buntalan kain besar yang berisi dagangannya yang berupa aneka jenis sandal wanita ini hendak menawarkan hasil dagangan dia ke temanku ini. agaknya temanku tak berminat membelinya. namun, rupanya si lelaki ini butuh ongkos untuk pulang, maka dia beranikan diri meminta minta ke temanku tadi, ia meminta 3 ribu rupiah untuk ongkos pulang.
temanku mengambil uang 3 ribu rupiah dari laci kasirnya dan ia memberikan uang itu kepada si lelaki di depannya. "bapak ikhlas nggak nih?" tanya si lelaki itu. seketika itu tangan yang terulur tertarik kembali. "untuk apa kamu perlu tahu isi hati saya?!" hardik teman saya. "saya hendak memberikan uang ini ke kamu, buat apa kamu tanyakan lagi niat baik saya? tak bisakah seucap terima kasih mengalir dari mulutmu?! haruskah kamu bertanya mengenai isi hati saya? keikhlasan saya?!" teman saya kembali menghardik. aku terdiam. kira kira 5 menit berlalu dari kami tanpa kata. waktu yang panjang. dan makin membuat perut saya makin lapar.
tak lama kemudian teman saya memberi uang itu kepada lelaki yang ada di depannya dan berkata "ambil uang ini dan pergilah. kamu tidak perlu bertanya apa-apa lagi". lelaki itu mengambil uang itu, mengucapkan terima kasih dan menghilang dari pandangan kami. akupun pulang. membuat hidangan malam dengan mie goreng instant.
lapangan blok S jakarta selatan beberapa minggu yang telah silam. malam itu aku dan pasanganku selesai makan malam dan ngobrol ngobrol panjang lebar mengenai banyak hal. sekembalinya kita membayar semua kerusakan yang kita timbulkan, kita kembali ke tempat aku memarkirkan jagoanku, motor setiaku.
"ikhlas gak nih, pak?" tanya juru parkir yang malam itu bertugas setelah aku mengangsurkan selembar ribuan ke dalam tangannya. setengah terkejut aku mengangkat sebelah alisku "tentu saja" jawabku heran. "memangnya kenapa, pak?" tanyaku demi memuaskan rasa penasaranku.
"nggak, cuma tadi ada orang yang parkir lama disini, trus langsung kabur aja. padahal seberapa berat sih cuma seribu perak buat dia?" ujarnya setengah bersungut. aku tersenyum dan kupastikan padanya "aku ikhlas kok, pak" dan pak tua itupun tersenyum.
kejadian II
malam itu aku mesti keluar rumah lagi untuk membeli sebungkus mie instant di warung sebelah rumahku. rupanya hari ini masakan ibuku tandas laris manis hingga tak menyisa. warung sebelah rumah ini milik tetanggaku yang baik hati. malam itu aku lihat anak pemilik warung itu yang berjaga. seorang lelaki muda berpakaian lusuh dengan buntalan kain duduk di depan dia.
"larry, aku mau beli mie goreng instant ". kataku pada temanku itu. aneh. semuanya terdiam. suasana seketika berubah menjadi kaku. kudapati temanku itu dengan memegang 3 lembar uang ribuan di tangannya melotot ke arah lelaki muda dengan buntalan kain besar di hadapannya. ah, rupanya ia seorang penjual sandal wanita keliling. ada apa kiranya yang membuat suasana menjadi setegang ini?
rupanya si lelaki muda dengan buntalan kain besar yang berisi dagangannya yang berupa aneka jenis sandal wanita ini hendak menawarkan hasil dagangan dia ke temanku ini. agaknya temanku tak berminat membelinya. namun, rupanya si lelaki ini butuh ongkos untuk pulang, maka dia beranikan diri meminta minta ke temanku tadi, ia meminta 3 ribu rupiah untuk ongkos pulang.
temanku mengambil uang 3 ribu rupiah dari laci kasirnya dan ia memberikan uang itu kepada si lelaki di depannya. "bapak ikhlas nggak nih?" tanya si lelaki itu. seketika itu tangan yang terulur tertarik kembali. "untuk apa kamu perlu tahu isi hati saya?!" hardik teman saya. "saya hendak memberikan uang ini ke kamu, buat apa kamu tanyakan lagi niat baik saya? tak bisakah seucap terima kasih mengalir dari mulutmu?! haruskah kamu bertanya mengenai isi hati saya? keikhlasan saya?!" teman saya kembali menghardik. aku terdiam. kira kira 5 menit berlalu dari kami tanpa kata. waktu yang panjang. dan makin membuat perut saya makin lapar.
tak lama kemudian teman saya memberi uang itu kepada lelaki yang ada di depannya dan berkata "ambil uang ini dan pergilah. kamu tidak perlu bertanya apa-apa lagi". lelaki itu mengambil uang itu, mengucapkan terima kasih dan menghilang dari pandangan kami. akupun pulang. membuat hidangan malam dengan mie goreng instant.
<< Home