Monday, January 05, 2004

Pria yang kupanggil Papi ...

Saatnya bercerita kepada para teman Q tentang seorang yang sangat Q kagumi hingga detik ini ... and a week after forever ... inspirasi ini tergali dari pengalaman makan siang Q dengan Yuni ... sebuah pembicaraan pendek yang tiba-tiba sedikit banyak melemparkan beberapa kenangan antara Q dengan pria sabar dan penyayang ini di kepala Q .... akan Q coretkan beberapa kenangan secara acak sesuai yang melintas di kepala Q saat ini ...

Sore itu Q pulang kerja dengan membawa mobil pinjaman dari ayahanda tercinta ... hari itu rupanya merupakan hari terburuk dalam sejarah lalu lintas Jakarta ... antrian mobil yang mengekor panjang mulai dari arah Pramuka hingga menuju Cempaka Putih ... Q terjebak disana selama berjam-jam ... dah berasa kayak selamanya ada di jalanan ... di sebuah komplek perumahan, Q pinggirkan mobil untuk bisa numpang ngaso disana daripada terjebak terus ... Q keluar dari mobil, dan mencari wartel ... Q bilang kalo semuanya baik-baik aja ... macet berat dan gak bisa bergerak ... ketika jarum jam menunjukkan angka 9 lebih sedikit, dan lalu lintas mulai bisa diajak berkompromi, Q akhirnya pulang dengan perut yang sangat lapar ... Di rumah Q disambut oleh Ibunda tercinta ... tapi gak Q liat ada mobil dinas bapakku di rumah ... kata bunda, bapak lagi berusaha menuju tempat Q beristirahat tadi ... buat apa? tanya Q kala itu ...

Gak lama kemudian, pertanyaan itu terjawab ... dengan gaya khasnya ayahku bertanya ... kok udah pulang? aku kan tadi nyari kamu disana ... lho? buat apa? ... beliau nunjuk ke belakang ... ke arah adik Q yang mengekor di belakang sang ayah ... Ya ampun ... ternyata bapakku bela-belain menembus macet buat nganterin makan malem Q dan segelas jus mangga dingin ... tiba-tiba kerongkongan Q tercekat ... gak tau mesti bilang apa ...

Setelah kejadian itu bapakku memberikan Q sebuah telepon selular miliknya ... katanya waktu itu ... kamu butuh ini buat ngabarin orang rumah di mana kamu berada ... wah ... senangnya ... emang sih akhirnya beliau beli lagi sebuah telepon selular yang lebih bagus dari yang Q punya ... hingga di satu Januari itu .... Q, kamu ambil aja telpon selular ku ... aku mau pakai yang lama ... selamat ulang tahun yah? ...

Beliau ini dalam perjalanan karirnya sangat cemerlang ... sempat membuat Q minder ... dari seluruh track record beliau, Q tau kalo bapakku ini selalu menempati peringkat sepuluh besar dari ratusan siswa dalam masa pendidikan kemiliterannya ... sangat membuat Q, anak lelakinya yang oleh sang Pencipta Semesta diukirkan garis wajah yang hampir sama dengan wajahnya itu sangat minder ... ayahku ini sangat hebat dalam berbicara dengan angka dan rumus, sesuatu yang Q gak pernah ngerti sampe detik ini ...

Dalam masa kedinasannya, beliau tidak pernah selalu berlama-lama dengan kami, anak-anaknya ... tugas negara selalu mengirimnya ke berbagai sudut negeri dan juga berbagai tanah asing yang tak terbayangkan sebelumnya ... seluruh benua sudah aku singgahi, kecuali benua afrika ... dan aku harap kamu dapat berbuat lebih, tulisnya dalam sebuah amplop yang berisi paspor baru Q yang juga segera akan mengintip sisi lain dunia ... Bunda lebih banyak berperan dalam membentuk pribadi kami berempat ... namun kami tak kehilangan kehangatan tawa, canda dan juga kejahilan-kejahilannya ...

Ketika beliau memasuki masa purna bakti, banyak sisi yang selama ini tak pernah muncul namun selalu ada ... beliau mengalami kekagetannya ketika kembali ke rumah dan dalam waktu yang panjang ... selisih paham sering sekali muncul ... kami diajarkan kembali mengenal sesosok pria yang telah banyak berjasa dalam hidup Q ini ... jika bapakku ini gak menegurku, berarti ada yang tidak berkenan yang telah Q perbuat dan beliau akan selalu mendiamkan Q hingga Q sadar apa kesalahan yang sudah Q perbuat ... sering kali kami bertengkar untuk masalah yang menurut Q sangat sederhana ... Q kadang pulang malam ... Bunda sudah mengerti bahwa anaknya ini perlu bergaul dengan teman-temannya dan lingkungan yang sudah sangat berbeda dengan beberapa waktu silam ... Beliau masih belum bisa menerima ini ... namun lambat laun sikapnya mulai melunak kala melihat anak-anaknya tumbuh sebagai orang-orang yang bisa bertanggung jawab pada hidupnya ...

Begitu banyak yang ingin Q coretkan sore ini ... Jika nanti Q banyak waktu luang ... Q akan coba mencoretkan beberapa hal mengenai orang-orang yang telah meninggalkan kesan buat Q ...